Mengenali Latte Factor, Dari Kopi Sampai Biaya Transfer Antar Bank
By Ihsan Ihsan - August 18, 2021
Sobat PAYFAZZ Master Agen tahu nggak sih kalau ada istilah yang dipakai untuk menyebut pengeluaran bersifat rutin tapi diperuntukkan bagi hal-hal kecil yang tidak terlalu penting namun bisa membuat keuangan menjadi tekor? Latte factor adalah istilahnya. Konsep ini diperkenalkan serta dipopulerkan oleh David Bach.
Mengapa dipilih kata latte ya untuk istilah keuangan ini? Ternyata David Bach mengambil inspirasinya dari kebiasaan pekerja yang hampir setiap hari mengeluarkan uang untuk membeli kopi kekinian. Menurutnya, ini mewakili makna dari pengeluaran rutin yang tak terasa penting, bernilai kecil tapi saat diakumulasikan jadi besar padahal bukan kebutuhan yang utama.
Apa Saja Yang Bisa Termasuk Dalam Latte Factor?
Latte factor ternyata sangat lekat dengan kebiasaan generasi zaman sekarang, terutama untuk mileninal. Hal ini disebabkan karena generasi milenial makin terbiasa dengan kemudahan untuk berbagai akses kebutuhan ditambah dengan makin canggihnya teknologi. Beberapa hal jadi makin terasa nyaman sehingga biaya yang dikeluarkan tak terasa berat.
Lantas apa saja nih hal-hal yang bisa termasuk dalam latte factor? Dalan survei yang dilakukan oleh Bank Permata tahun 2017 lalu, disebutkan ada beberapa pengeluaran yang bisa digolongkan sebagai latte factor. Mereka adalah:
- Belanja di luar belanja kebutuhan bulanan
- Makanan atau minuman ringan
- Biaya transportasi online atau taksi
- Biaya beli air mineral
- Biaya beli kopi kekinian
- Biaya beli rokok
- Biaya transfer antar bank atau antar ATM
- Biaya tarik tunai beda bank
- Biaya administrasi bank
Tak disangka ya, pengeluaran di atas ternyata jika diakumulasikan bisa menjadi nominal yang besar. Terlebih besarannya yang tidak terlalu tinggi seperti biaya transfer antar bank ini membuat kamu luput memasukkannya dalam laporan atau rencana keuanganmu.
Apa akibat jika terlalu banyak latte factor?
Yang paling jelas adalah keuangan yang kacau karena sering tekor dan boros. Terlebih jika pengeluaran latte factor ini sudah menjadi kebiasaan, didukung dengan tekanan sosial yang cukup tinggi dan kontrol diri yang rendah. Jangan heran deh kalau setiap bulan, berapapun gaji yang kamu terima rasanya tidak bersisa. Say good bye deh untuk dana tabungan atau dana darurat, apalagi investasi.
Ya, kebiasaan melakukan pengeluaran seperti latte factor ini bisa berdampak ke banyak hal. Di antaranya kamu jadi kesulitan memiliki tabungan. Bahkan bisa jadi kamu juga akan jarang punya dana darurat atau cold cash untuk investasi. Bagaimana tidak, gaji sekadar lewat.
Apa Solusinya?
Setiap kendala, tentu ada solusinya. Untuk bisa mengerem pengeluaran latte factor, kamu bisa mengawalinya dengan menyadari terlebih dahulu bahwa kebiasaan ini tidak boleh terus dilanjutkan. Terlebih jika nilainya sangat sepele namun intensitasnya tinggi. Kemudian, tentukan apakah kamu bisa mengurangi intensitasnya. Atau, kamu bisa membuat pos khusus untuk pengeluaran tersebut dan memasukkannya ke dalam pos pengeluaran umum.
Selain itu, kamu juga bisa cari alternatif lain. Misalnya, jika kamu terbiasa beli kopi kekinian dengan harga kurang lebih Rp20.000 maka kamu harus mengeluarkan sekitar Rp500ribuan dalam satu bulan. Lalu, coba beralih dengan membeli kopi sachet dengan kualitas yang cukup baik dan sesuai dengan selera dan mulailah menyeduh sendiri. Lebih hemat tapi tak membuatmu kehilangan rutinitas mengopi.
Contoh lain, misalnya latte factormu adalah biaya transfer antar bank karena kamu memiliki online shop dimana transaksi keuangan sering kamu lakukan. Untuk mengakalinya, kamu bisa menggunakan aplikasi transaksi keuangan seperti PAYFAZZ Master Agen yang menyediakan diskon atau promo. Jika biasanya kamu harus membayar sekitar Rp6500 per transaksi, dengan PAYFAZZ Master Agen kamu bisa dapat nominal yang lebih murah. Cukup berhemat kan?
Daftarkan diri jadi agen dan Download aplikasi PAYFAZZ Master Agen di Playstore!